Spesifikasi Jet Tempur F/A-18 Hornet Malaysia yang Meledak di Kuantan
Insiden ledakan jet tempur F/A-18D Hornet milik Angkatan Udara Diraja Malaysia (TUDM) di Pangkalan Udara Sultan Haji Ahmad Shah, Kuantan, pada Kamis malam 21 Agustus 2025, telah mengguncang publik di kawasan Asia Tenggara. Peristiwa itu tidak hanya menimbulkan kepanikan di sekitar pangkalan, tetapi juga memunculkan sorotan besar terhadap kondisi alutsista Negeri Jiran, khususnya jet tempur F/A-18 Hornet yang telah lama menjadi tulang punggung armada udara mereka.
Kejadian ini sekaligus membuka kembali perbincangan mengenai spesifikasi jet tempur tersebut—bagaimana kemampuan, kekuatan, sekaligus keterbatasannya setelah lebih dari dua dekade mengabdi dalam sistem pertahanan Malaysia.
Kronologi Insiden Meledaknya Hornet
Sekitar pukul 21.05 waktu setempat, jet tempur F/A-18D Hornet Malaysia mulai melaju di landasan untuk lepas landas. Namun, tak lama setelah mulai terangkat dari permukaan, percikan api terlihat muncul dari bagian belakang pesawat. Percikan kecil itu dengan cepat membesar menjadi kobaran api, sebelum akhirnya disusul ledakan keras yang membuat malam di Kuantan seketika diterangi cahaya merah menyala.
Saksi mata menggambarkan ledakan itu mirip seperti hantaman rudal. Bagian badan pesawat yang terbakar menimbulkan kepanikan, sementara tim darurat bergegas menuju lokasi. Beruntung, dua awak pesawat—pilot dan perwira sistem persenjataan—berhasil melontarkan diri menggunakan kursi eject. Mereka selamat dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Tengku Ampuan Afzan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kondisi keduanya dilaporkan stabil.
TUDM kemudian mengonfirmasi peristiwa tersebut dan menyatakan sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab ledakan. Tim khusus dikerahkan untuk memadamkan api dan mengamankan area landasan pacu, sekaligus mengingatkan publik agar tidak menyebarkan spekulasi sebelum hasil penyelidikan resmi diumumkan.
Armada Hornet Malaysia
Malaysia pertama kali menerima F/A-18D Hornet pada tahun 1997. Saat itu, Negeri Jiran memesan delapan unit, yang kemudian ditempatkan di Skadron 18 TUDM. Sejak awal pengoperasian, jet tempur ini dipandang sebagai aset vital bagi kekuatan udara Malaysia, karena mampu menjalankan misi udara-ke-udara maupun udara-ke-darat secara efektif.
Bersama dengan Sukhoi Su-30MKM yang lebih modern, Hornet tetap memainkan peran strategis, terutama karena kelincahan, kecepatan, serta fleksibilitasnya dalam berbagai misi tempur. Meski usianya sudah lebih dari dua dekade, TUDM beberapa kali melakukan peningkatan sistem avionik dan persenjataan agar Hornet tetap relevan dengan kebutuhan operasi militer modern.
Namun, dengan usia pakai yang semakin menua, kekhawatiran mengenai kesiapan operasional pesawat ini tak bisa dihindari. Insiden di Kuantan memperkuat pandangan bahwa Malaysia perlu segera memodernisasi armada udaranya.
Spesifikasi Teknis F/A-18 Hornet
F/A-18 Hornet merupakan jet tempur multirole supersonik bermesin ganda yang dirancang untuk menghadapi berbagai skenario pertempuran. Pesawat ini memiliki kursi ganda (dual-seat) untuk pilot dan perwira sistem senjata (Weapons Systems Officer/WSO), sehingga cocok digunakan untuk misi kompleks.
1. Mesin dan Performa
-
Menggunakan dua mesin turbofan General Electric F404-GE-402, masing-masing dengan dorongan sekitar 17.700 pon.
-
Kecepatan maksimum mencapai Mach 1,8 atau sekitar 1.190 mph (1.915 km/jam) pada ketinggian tinggi.
-
Memiliki jangkauan operasional sekitar 2.070 kilometer, dengan kemampuan ditingkatkan melalui penggunaan tangki bahan bakar eksternal maupun pengisian bahan bakar di udara.
2. Avionik dan Radar
-
Dilengkapi radar AN/APG-65, yang mampu melakukan pemetaan resolusi tinggi, mendeteksi dan melacak banyak target sekaligus.
-
Radar ini juga mendukung sistem senjata udara-ke-udara maupun udara-ke-darat, sehingga memberi keunggulan taktis di berbagai situasi tempur.
3. Persenjataan
-
Memiliki sembilan hardpoints untuk membawa berbagai senjata, baik rudal maupun bom.
-
Persenjataan standar meliputi:
-
Meriam internal M61 Vulcan kaliber 20 mm dengan kecepatan tembak tinggi.
-
Rudal udara-ke-udara: AIM-9 Sidewinder, AIM-7 Sparrow, AIM-120 AMRAAM.
-
Rudal udara-ke-darat: AGM-65 Maverick, serta berbagai bom berpemandu seperti GBU-12 Paveway II.
-
-
Fleksibilitas persenjataan ini membuat Hornet mampu menyerang target darat secara presisi sekaligus bertarung di udara.
4. Desain dan Manuver
-
Desain aerodinamis Hornet memungkinkan tingkat kelincahan tinggi dalam manuver pertempuran.
-
Mesin ganda memberi redundansi keamanan, sehingga jika salah satu mesin gagal, pesawat masih bisa terbang dengan mesin lainnya.
Peran Strategis Hornet di Asia Tenggara
Sejak pengoperasian pertamanya, F/A-18 Hornet menjadi simbol modernisasi militer Malaysia di era 1990-an. Dengan spesifikasi multirole, jet ini memungkinkan TUDM beradaptasi dalam berbagai operasi, baik untuk menjaga kedaulatan udara, misi pengintaian, hingga dukungan tempur dalam konflik terbatas.
Di kawasan Asia Tenggara, Hornet juga menjadi salah satu pesawat tempur yang disegani, mengingat tidak semua negara memiliki jet dengan kemampuan serupa pada masanya. Dengan radar canggih, senjata lengkap, dan performa tinggi, Hornet memberikan keunggulan strategis dalam menjaga perairan dan wilayah udara Malaysia yang luas.
Namun, dengan perkembangan teknologi pesawat tempur generasi ke-4,5 hingga generasi ke-5 seperti F-35 atau Rafale, Hornet kini mulai dianggap tertinggal. Usianya yang mendekati tiga dekade semakin memperkuat desakan agar Malaysia segera mencari pengganti.
Dampak Kecelakaan terhadap TUDM
Kecelakaan di Kuantan membawa implikasi besar terhadap kesiapan tempur Malaysia. Dari delapan unit Hornet yang dimiliki, hilangnya satu pesawat tentu mengurangi kekuatan tempur yang sudah terbatas.
Selain itu, kasus ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai pemeliharaan armada. Apakah insiden terjadi karena faktor teknis akibat usia pesawat, atau ada masalah pada sistem mesin dan perawatan? Investigasi TUDM akan menjadi kunci untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Bagi masyarakat Malaysia, insiden ini menambah kekhawatiran terhadap kondisi alutsista. Tanggapan cepat TUDM dalam melakukan penyelidikan sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan publik, sekaligus memastikan keamanan penerbangan militer di masa depan.
Kesiapan Teknologi dan Tantangan Modernisasi
Modernisasi alutsista menjadi isu penting bagi Malaysia setelah insiden ini. Sementara negara tetangga seperti Indonesia sedang memperkuat armada udara dengan jet Rafale dari Prancis dan F-15EX dari Amerika Serikat, Malaysia masih mengandalkan Hornet dan Su-30MKM.
Untuk tetap kompetitif di kawasan, Malaysia perlu mempertimbangkan pembaruan sistem pertahanan udara, baik melalui pengadaan jet tempur baru maupun peningkatan sistem avionik dan persenjataan Hornet yang tersisa. Tanpa langkah ini, Malaysia berisiko tertinggal dalam menjaga kedaulatan udara dan menghadapi ancaman modern.
Penutup
Ledakan jet tempur F/A-18 Hornet Malaysia di Kuantan menjadi peristiwa tragis sekaligus peringatan keras tentang pentingnya modernisasi alutsista. Meski kedua awak berhasil selamat, hilangnya satu unit pesawat menimbulkan kerugian signifikan bagi TUDM.
Spesifikasi Hornet yang canggih pada masanya memang menunjukkan betapa kuatnya pesawat ini dalam operasi udara, namun usia operasional yang panjang membawa konsekuensi teknis yang tidak bisa diabaikan. Malaysia kini dihadapkan pada pilihan sulit: terus mempertahankan Hornet yang menua dengan risiko insiden serupa, atau segera berinvestasi pada pesawat tempur generasi baru demi menjamin keamanan nasional.
Insiden ini bukan hanya soal kecelakaan teknis, tetapi juga momentum untuk meninjau ulang strategi pertahanan udara Malaysia di tengah dinamika keamanan kawasan yang semakin kompleks.
