Reshuffle Kabinet Prabowo: Sri Mulyani Diganti, Purbaya Yudhi Sadewa Hadir Membawa Harapan Baru
Presiden Prabowo Subianto akhirnya melakukan reshuffle besar pada Kabinet Merah Putih pada 8 September 2025. Pergantian menteri ini menjadi salah satu yang paling menyita perhatian publik sejak ia dilantik sebagai presiden. Tidak hanya karena jumlah pejabat penting yang diganti cukup signifikan, tetapi juga karena salah satu sosok yang selama ini dianggap sebagai pilar stabilitas ekonomi nasional, yakni Sri Mulyani Indrawati, resmi dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan.
Keputusan ini memunculkan reaksi luas, baik di dalam negeri maupun internasional. Para pelaku pasar, pengamat politik, hingga masyarakat umum melihat reshuffle ini sebagai langkah berani sekaligus penuh risiko. Di sisi lain, masuknya Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan baru memberi warna baru pada dinamika ekonomi Indonesia. Mari kita ulas secara lebih mendalam latar belakang, detail reshuffle, serta implikasinya terhadap arah bangsa.
Latar Belakang: Gejolak Politik dan Tekanan Publik
Langkah Presiden Prabowo melakukan reshuffle tidak lahir dari ruang hampa. Beberapa bulan terakhir, gelombang protes besar melanda sejumlah kota di Indonesia. Isu pemicu utamanya adalah kebijakan terkait tunjangan anggota DPR yang dinilai berlebihan. Publik dikejutkan dengan kabar bahwa biaya perumahan anggota dewan bisa mencapai Rp50 juta per bulan—sepuluh kali lipat dari UMP Jakarta. Ketidakpuasan masyarakat kemudian berkembang menjadi aksi-aksi besar yang bahkan berujung pada kerusuhan.
Dalam situasi tersebut, sorotan banyak mengarah pada pengelolaan fiskal pemerintah. Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan dianggap memiliki peran penting dalam desain kebijakan anggaran yang kontroversial itu, meski sebenarnya tidak semua berasal dari keputusannya. Kerusuhan yang memakan korban jiwa serta penjarahan di kediaman pribadi Sri Mulyani makin memperkuat tekanan politik terhadap kabinet.
Presiden Prabowo kemudian mengambil keputusan strategis: melakukan reshuffle demi meredakan ketegangan politik sekaligus menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melakukan penyesuaian arah kebijakan.
Siapa Saja yang Diganti?
Dalam reshuffle ini, terdapat lima posisi penting yang resmi diganti. Mereka adalah:
-
Menko Polhukam: Budi Gunawan
-
Menteri Keuangan: Sri Mulyani Indrawati
-
Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia: Abdul Kadir Karding
-
Menteri Koperasi: Budi Arie Setiadi
-
Menteri Pemuda dan Olahraga: Dito Ariotedjo
Lima posisi ini memiliki peran vital, mulai dari keamanan nasional, pengelolaan ekonomi, perlindungan pekerja, hingga pengembangan kepemudaan. Maka tidak heran, penggantian ini langsung menimbulkan spekulasi besar tentang arah kebijakan pemerintahan Prabowo ke depan.
Wajah Baru di Kabinet
Prabowo melantik sejumlah nama baru yang kini menghiasi kabinetnya. Beberapa di antaranya adalah:
-
Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani.
-
Mukhtarudin sebagai Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
-
Ferry Juliantono sebagai Menteri Koperasi.
-
Mochamad Irfan Yusuf sebagai Menteri Haji dan Umrah.
-
Dahnil Anzar Simanjuntak sebagai Wakil Menteri Haji dan Umrah.
Komposisi ini menegaskan bahwa Prabowo tidak hanya ingin memperbaiki sisi ekonomi, tetapi juga memperkuat sektor lain yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, seperti koperasi, pekerja migran, dan urusan keagamaan.
Fokus pada Menteri Keuangan Baru: Purbaya Yudhi Sadewa
Di antara semua nama baru, sosok Purbaya Yudhi Sadewa menjadi pusat perhatian. Ia menggantikan Sri Mulyani yang selama ini dianggap sebagai simbol kredibilitas fiskal Indonesia.
Purbaya bukanlah figur baru di dunia ekonomi. Ia adalah seorang ekonom sekaligus insinyur yang pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020. Latar belakang akademisnya cukup kuat, dengan rekam jejak panjang di bidang ekonomi makro dan stabilitas keuangan.
Pada saat pelantikan, Purbaya langsung menegaskan optimismenya. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8 persen bukanlah hal yang mustahil. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk mencapai target ambisius tersebut.
Namun, di balik optimisme itu, banyak analis memperingatkan potensi risiko. Mereka khawatir arah kebijakan fiskal bisa menjadi lebih longgar, yang pada akhirnya membebani defisit anggaran dan menimbulkan tekanan tambahan bagi Bank Indonesia.
Jason Tuvey dari Capital Economics menyebut bahwa kehilangan Sri Mulyani merupakan pukulan telak bagi kredibilitas fiskal Indonesia. Sementara Trinh Nguyen dari Natixis menilai pergantian ini menimbulkan ketidakpastian di mata investor global.
Reaksi Pasar dan Dunia Internasional
Tak lama setelah pengumuman reshuffle, respons pasar langsung terasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat turun sekitar 1,3 persen, meskipun rupiah sempat mencatat lonjakan intraday sebesar 0,7 persen. Fluktuasi ini menunjukkan adanya kegelisahan pelaku pasar atas arah kebijakan fiskal ke depan.
Di tingkat internasional, media besar seperti Reuters dan Associated Press menyoroti pergantian Sri Mulyani dengan nada hati-hati. Mereka menilai, meskipun Purbaya punya kapasitas, ketidakhadiran Sri Mulyani bisa mengurangi kepercayaan global terhadap konsistensi kebijakan ekonomi Indonesia.
Bagi banyak pihak, Sri Mulyani adalah figur yang dihormati karena keberhasilannya membawa Indonesia melewati krisis global, melakukan reformasi pajak, dan menjabat di posisi penting di Bank Dunia. Dengan reputasi sebesar itu, wajar bila kepergiannya menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Dampak Politik dan Sosial
Selain aspek ekonomi, reshuffle ini juga memiliki implikasi politik yang signifikan. Dengan mencopot sejumlah menteri lama dan menggantinya dengan wajah baru, Prabowo ingin menunjukkan ketegasan sekaligus memberikan sinyal bahwa pemerintahannya adaptif terhadap kritik publik.
Bagi masyarakat, pergantian ini diharapkan bisa membawa kebijakan yang lebih berpihak pada kebutuhan nyata, terutama terkait isu kesejahteraan, lapangan kerja, dan perlindungan sosial. Sementara bagi partai politik, reshuffle tentu juga memunculkan dinamika baru dalam hubungan kekuasaan di tingkat elite.
Tidak sedikit analis yang menilai bahwa langkah ini juga bagian dari upaya Prabowo untuk merapikan barisan politiknya agar lebih solid menghadapi tekanan publik dan tantangan global di tahun-tahun awal pemerintahannya.
Tantangan Besar di Depan
Meski reshuffle memberi nafas baru, tantangan yang dihadapi kabinet tidaklah kecil. Beberapa isu krusial yang harus segera ditangani antara lain:
-
Pemulihan Kepercayaan Publik
Demonstrasi yang terjadi belakangan menunjukkan adanya jurang kepercayaan antara rakyat dan pemerintah. Tugas kabinet baru adalah membangun kembali legitimasi melalui kebijakan yang transparan dan pro-rakyat. -
Konsistensi Fiskal dan Ekonomi
Dengan target pertumbuhan ambisius, Purbaya harus mampu menjaga disiplin fiskal sembari mendorong investasi dan konsumsi. Tanpa keseimbangan yang tepat, risiko defisit dan inflasi bisa membayangi. -
Stabilitas Politik dan Keamanan
Pergantian di Menko Polhukam juga menandakan pentingnya menjaga stabilitas keamanan di tengah situasi politik yang penuh gejolak. -
Kebijakan Sosial dan Koperasi
Dengan hadirnya menteri baru di sektor koperasi dan pekerja migran, ada harapan bahwa kelompok masyarakat kecil dan pekerja Indonesia di luar negeri akan lebih terlindungi.
Penutup: Antara Harapan dan Kekhawatiran
Reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto pada 8 September 2025 menjadi tonggak penting dalam perjalanan pemerintahannya. Di satu sisi, langkah ini memberikan harapan baru bagi perubahan kebijakan yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Namun di sisi lain, risiko besar juga mengintai, terutama terkait kredibilitas fiskal dan stabilitas pasar.
Pergantian Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa adalah simbol pergantian era. Dari seorang teknokrat berpengaruh yang dikenal dunia internasional, kini Indonesia dipimpin oleh seorang ekonom yang penuh optimisme, tetapi masih harus membuktikan diri di panggung global.
Sejauh mana reshuffle ini akan berhasil memenuhi ekspektasi publik dan menenangkan gejolak politik masih menjadi pertanyaan besar. Namun yang jelas, masyarakat kini menunggu aksi nyata, bukan sekadar janji, dari wajah-wajah baru di Kabinet Merah Putih.
