Demo Larang Study Tour Batal, Dedi Mulyadi: Semoga Wisata Tetap Meningkat Tanpa Study Tour
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan kabar penting yang membawa nuansa positif bagi iklim sosial dan pariwisata daerah. Aksi demonstrasi yang rencananya akan digelar Solidaritas Para Pekerja Pariwisata Jawa Barat (SP3JB) pada Senin, 25 Agustus 2025, dipastikan batal dilakukan. Rencana unjuk rasa itu sebelumnya muncul sebagai bentuk protes terhadap kebijakan larangan study tour yang diterapkan pemerintah. Namun, keputusan untuk membatalkan aksi dianggap sebagai langkah bijak, dan disambut dengan apresiasi langsung dari gubernur.
Dalam keterangannya, Dedi Mulyadi mengucapkan terima kasih kepada SP3JB yang telah memilih jalan damai ketimbang turun ke jalan. Ia berharap bahwa keputusan ini bisa menjadi momentum baru untuk bersama-sama memajukan pariwisata Jawa Barat, meskipun tanpa keberadaan study tour yang selama ini dianggap sebagai salah satu penopang sektor wisata.
Latar Belakang Rencana Aksi Protes
SP3JB, yang terdiri dari pekerja di sektor pariwisata, sejak awal menilai bahwa larangan study tour dapat memberikan dampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha wisata. Study tour selama ini memang identik dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan sekolah-sekolah dengan membawa siswa untuk mengenal berbagai destinasi wisata, budaya, serta keindahan alam di Jawa Barat.
Banyak pelaku usaha wisata, mulai dari pengelola objek wisata, pemilik restoran, hingga penyedia transportasi, menganggap program study tour sebagai salah satu sumber pemasukan. Ketika kebijakan larangan diberlakukan, muncul kekhawatiran besar bahwa pendapatan akan menurun drastis. Hal inilah yang kemudian memicu lahirnya rencana aksi demonstrasi di Gedung Sate dan DPRD Jawa Barat.
Namun, dalam perkembangan terakhir, SP3JB memilih untuk membatalkan agenda tersebut. Tidak dijelaskan secara rinci alasan pembatalan, tetapi keputusan ini dianggap sebagai bentuk pertimbangan matang dari para pekerja pariwisata untuk menjaga kondusivitas sosial di Jawa Barat.
Respons dan Apresiasi Gubernur
Dedi Mulyadi menanggapi pembatalan protes ini dengan nada positif. Ia memberikan apresiasi atas kebijakan SP3JB yang lebih memilih untuk tidak melakukan aksi massa. Menurutnya, keputusan ini mencerminkan sikap dewasa dari para pekerja pariwisata yang mampu mengedepankan musyawarah dan menjaga stabilitas daerah.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa meskipun larangan study tour diberlakukan, bukan berarti sektor wisata Jawa Barat akan mati. Justru, ia berharap pembatalan demonstrasi menjadi pintu untuk mencari alternatif baru dalam mengembangkan pariwisata.
“Semoga wisata tetap meningkat meski tanpa study tour,” ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi.
Harapan Baru bagi Sektor Pariwisata
Pernyataan gubernur ini menyiratkan sebuah pandangan optimistis. Bahwa meskipun ada kebijakan yang membatasi praktik study tour, sektor pariwisata Jawa Barat masih bisa tumbuh melalui cara lain.
Selama ini, Jawa Barat dikenal sebagai salah satu provinsi dengan destinasi wisata paling lengkap di Indonesia. Mulai dari wisata alam seperti Kawah Putih, Gunung Tangkuban Parahu, Pantai Pangandaran, hingga wisata budaya di Cirebon dan Tasikmalaya. Tak hanya itu, sektor kuliner dan wisata belanja di Bandung juga sudah lama menjadi magnet wisatawan.
Dengan potensi sebesar itu, Dedi Mulyadi menekankan pentingnya inovasi. Pariwisata tidak boleh hanya bergantung pada rombongan pelajar yang datang dalam rangka study tour. Ada segmen wisatawan lain yang bisa dikembangkan, seperti wisata keluarga, wisata religi, hingga wisata minat khusus.
Imbas Kebijakan Larangan Study Tour
Kebijakan larangan study tour memang sempat memunculkan polemik. Di satu sisi, pemerintah menilai langkah ini perlu dilakukan demi mencegah berbagai potensi masalah, mulai dari keselamatan siswa, pemborosan biaya, hingga kasus-kasus yang kerap mencuat saat pelaksanaan study tour.
Namun di sisi lain, larangan tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku pariwisata. Sebab, study tour terbukti memberikan dampak nyata dalam menggerakkan ekonomi daerah. Satu rombongan study tour biasanya melibatkan puluhan hingga ratusan orang, dengan potensi belanja yang besar di berbagai sektor.
Dengan larangan tersebut, wajar jika pekerja pariwisata merasa khawatir. Namun kini, dengan keputusan SP3JB untuk membatalkan aksi protes, arah diskusi bisa bergeser ke hal yang lebih konstruktif: mencari solusi untuk menjaga geliat wisata tanpa bergantung pada study tour.
Momentum Kolaborasi Baru
Keputusan SP3JB dianggap sebagai momentum yang baik untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku wisata. Gubernur menegaskan bahwa pemerintah daerah siap mendukung tumbuhnya sektor wisata melalui berbagai kebijakan baru yang lebih berkelanjutan.
Misalnya, mendorong program “Visit Jawa Barat” dengan fokus pada wisata domestik, mengembangkan desa wisata berbasis komunitas, serta memperkuat infrastruktur pariwisata agar lebih ramah bagi semua kalangan.
Selain itu, program promosi digital juga bisa menjadi langkah alternatif. Selama ini, banyak destinasi wisata Jawa Barat yang dikenal luas justru berkat media sosial. Potensi ini bisa dioptimalkan untuk mendatangkan wisatawan, bahkan tanpa study tour.
Implikasi Sosial dan Ekonomi
Dari sisi sosial, pembatalan aksi unjuk rasa menghindarkan potensi ketegangan di masyarakat. Aksi massa, apalagi yang melibatkan ribuan pekerja pariwisata, tentu bisa berpotensi memicu konflik atau mengganggu ketertiban umum. Dengan batalnya aksi tersebut, suasana tetap kondusif, sehingga roda pemerintahan dan aktivitas ekonomi bisa berjalan lancar.
Dari sisi ekonomi, meski pelaku wisata masih menghadapi tantangan akibat larangan study tour, keputusan SP3JB setidaknya membuka ruang dialog baru. Pemerintah bisa menggunakan kesempatan ini untuk menyalurkan berbagai bentuk bantuan, pelatihan, atau program insentif agar para pekerja wisata tetap bisa bertahan.
Masa Depan Pariwisata Jawa Barat
Kebijakan larangan study tour bisa menjadi titik balik bagi pariwisata Jawa Barat. Di satu sisi, ia memaksa para pelaku wisata untuk beradaptasi dan tidak lagi terlalu bergantung pada rombongan sekolah. Di sisi lain, pemerintah daerah juga dituntut untuk lebih kreatif dalam merancang strategi pembangunan wisata yang lebih beragam dan berkelanjutan.
Jika langkah ini berhasil, pariwisata Jawa Barat bisa berkembang lebih luas. Tidak hanya bergantung pada satu jenis wisatawan, tetapi juga merambah segmen yang lebih besar, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian, harapan Dedi Mulyadi agar pariwisata tetap meningkat meski tanpa study tour bisa menjadi kenyataan.
Penutup
Pembatalan aksi protes SP3JB menjadi kabar baik bagi stabilitas Jawa Barat. Sikap apresiatif Gubernur Dedi Mulyadi mencerminkan keinginannya untuk menjaga keharmonisan dengan para pelaku wisata. Meski kebijakan larangan study tour masih menuai pro dan kontra, optimisme tetap dijaga bahwa pariwisata Jawa Barat bisa tumbuh melalui jalur baru.
Ke depan, tantangan terbesar bukanlah soal ada atau tidaknya study tour, melainkan bagaimana menciptakan ekosistem pariwisata yang inovatif, inklusif, dan mampu bertahan menghadapi berbagai perubahan. Jika ini bisa diwujudkan, maka pariwisata Jawa Barat akan tetap menjadi salah satu kebanggaan Indonesia, dengan atau tanpa study tour.
